Rindu

"kini ku hanya mampu tatapi bintang yg semakin jauh hilang dari pandangan. Saat tak ada lagi tutur sapa dan gelak tawamu... Dan di s't kerinduan ikat bathin nan sepi,Bunga2 di halaman tak lagi daunnya bergoyang

Mempercepat Mozilla Firefox Dengan Speedy Fox

Firefox anda Lola alias Lambat Loading?? Solusinya adalah Speedy Fox. Meningkatkan Firefox dalam satu klik dengan SpeedyFox Anda mendapatkan

Ketika Cinta Bersemi

Indahnya "Ketika Cinta Bersemi" dalam Kehalalan.Subhaanallaah... Bak Musim Bunga berkuntum

Once Upon Time In Tokyo someday

Dan.. jika tiba waktuku nanti saat tak lagi raga mampu melawan tegarnya sang waktu... Dan... jika pada saatnya nanti

Candi Borobudur Dan Nabi Sulaeman As

Candi Borobudur Nabi Sulaiman, apa hubungannya?

Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 Februari 2012

Ayat-Ayat Hitam Zionis Yahudi

Talmud merupakan kitab suci kelompok Zionis-Yahudi di seluruh dunia. Seluruh tindak-tanduk Zionis-Israel mengacu pada ayat-ayat Talmudisme. Syariat Talmud yg mereka imani tetap masih berlaku : “Orang-orang yang tidak mengimani ajaran-ajaran agama Yahudi dan syariat Yahudi, harus kita persembahkan sebagai korban untuk Tuhan kita yang agung.”

“Ketika kamu mendekati suatu kota untuk kau perangi maka ajaklah untuk damai. Kalau (warga) kota menjawab ajakan damai dan kota dibuka untukmu, maka semua bangsa yang ada di dalamnya menjadi milikmu untuk kau tundukan dan kau perbudak untukmu. Kalau (kota itu) tidak menyerahkan diri kepadamu, bahkan melakukan perang denganmu maka kepunglah. Apabila Tuhanmu mendorongnya ke tanganmu maka bunuhlah semua laki-laki dengan mata pedang. Sedangkan kaum wanita, anak-anak, binatang ternak dan semua yang ada di dalam kota, semua rampasannya jadikanlah rampasan untuk dirimu. Makanlah rampasan musuh-musuhmu yang diberikan Tuhan-mu untukmu.”

Ayat-Ayat Hitam Talmud

Talmud merupakan kitab suci kelompok Zionis-Yahudi di seluruh dunia. Seluruh tindak-tanduk Zionis-Israel mengacu pada ayat-ayat Talmudisme. Bahkan Texe Marrs, investigator independen Amerika yang telah menelusuri garis darah Dinasti Bush selama enam tahun, menemukan bukti bahwa keluarga besar Bush, termasuk Presiden AS George Walker Bush, merupakan sebuah keluarga yang sangat rajin mendaras dan mempelajari Talmud.
“Dinasti Bush adalah dinasti Yahudi dan mereka menjadikan Talmud sebagai kitab sucinya. Adalah salah besar menyangka mereka sebagai keluarga Kristiani. Mereka menunggangi kekristenan untuk menipu warga Kristen dunia. Padahal, mereka merupakan keluarga Talmudis yang taat, ” demikian Texe Marrs.
Kita tentu sudah banyak mendengar tentang Talmud. Namun belum banyak yang mengetahui apa saja ayat-ayatnya. Berikut kami tampilkan sejumlah ayat-ayat Talmud yang menjadi dasar segala tindakan kaum Zionis terhadap orang-orang non-Yahudi (Ghoyim atau Gentilles), dan darinya Anda akan bisa “memahami” mengapa kaum Zionis selalu saja mau menang sendiri, selalu mengkhianati perjanjian, dan sebagainya.
Inilah ayat-ayat hitam mereka :
“Hanya orang-orang Yahudi yang manusia, sedangkan orang-orang non Yahudi bukanlah manusia, melainkan binatang.” (Kerithuth 6b hal.78, Jebhammoth 61a)

“Orang-orang non-Yahudi diciptakan sebagai budak untuk melayani orang-orang Yahudi.” (Midrasch Talpioth 225)

“Angka kelahiran orang-orang non-Yahudi harus ditekan sekecil mungkin.” (Zohar II, 4b)

“Orang-orang non-Yahudi harus dijauhi, bahkan lebih daripada babi yang sakit.” (Orach Chaiim 57, 6a)

“Tuhan (Yahweh) tidak pernah marah kepada orang-orang Yahudi, melainkan hanya (marah) kepada orang-orang non-Yahudi.” (Talmud IV/8/4a)

“Di mana saja mereka (orang-orang Yahudi) datang, mereka akan menjadi pangeran raja-raja.” (Sanhedrin 104a)

“Terhadap seorang non Yahudi tidak menjadikan orang Yahudi berzina. Bisa terkena hukuman bagi orang Yahudi hanya bila berzina dengan Yahudi lainnya, yaitu isteri seorang Yahudi. Isteri non-Yahudi tidak termasuk.” (Talmud IV/4/52b)

“Tidak ada isteri bagi non-Yahudi, mereka sesungguhnya bukan isterinya.” (Talmud IV/4/81 dan 82ab)

“Orang-orang Yahudi harus selalu berusaha untuk menipudaya orang-orang non-Yahudi.” (Zohar I, 168a)

“Jika dua orang Yahudi menipu orang non-Yahudi, mereka harus membagi keuntungannya.” (Choschen Ham 183, 7)

“Tetaplah terus berjual beli dengan orang-orang non-Yahudi, jika mereka harus membayar uang untuk itu.” (Abhodah Zarah 2a T)

“Tanah orang non-Yahudi, kepunyaan orang Yahudi yang pertama kali menggunakannya.” (Babba Bathra 54b)

“Setiap orang Yahudi boleh menggunakan kebohongan dan sumpah palsu untuk membawa seorang non-Yahudi kepada kejatuhan.” (Babha Kama 113a)

“Kepemilikan orang non-Yahudi seperti padang pasir yang tidak dimiliki; dan semua orang (setiap Yahudi) yang merampasnya, berarti telah memilikinya.” (Talmud IV/3/54b)

“Orang Yahudi boleh mengeksploitasi kesalahan orang non-Yahudi dan menipunya.” (Talmud IV/1/113b)

“Orang Yahudi boleh mempraktekkan riba terhadap orang non-Yahudi.” (Talmud IV/2/70b)
“Ketika Messiah (Raja Yahudi Terakhir atau Ratu Adil) dating, semuanya akan menjadi budak-budak orang-orang Yahudi.” (Erubin 43b)

Ketaatan mutlak kepada para rabbi sebagai pemegang otoritas tafsir Talmud. “Barangsiapa tidak taat kepada rabbi mereka akan dihukum dengan cara dijerang dalam kotoran manusia yang mendidih di neraka”. (Erubin 2b)

Boleh melakukan kejahatan asal tidak dikenali sebagai Yahudi. “Bilamana seorang Yahudi tergoda untuk melakukan kejahatan (zina[?]), maka hendaklah ia pergi ke suatu kota di mana ia tidak dikenal orang, dan lakukanlah kejahatan itu di sana”. (Moed Kattan 17a)

Menganiaya orang Yahudi dianggap kafir dan pelakunya harus dibunuh, tapi tidak sebaliknya. “Jika seorang kafir menganiaya orang Yahudi, maka dia harus dibunuh”. (Sanhedrin 58b)

Orang Non-Yahudi adalah budak pekerja sukarela. “Seorang Yahudi tidak wajib membayar upah kepada orang kafir yang bekerja kepadanya”. (Sanhedrin 57a)

Di mata hukum, orang Yahudi memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada Non-Yahudi. “Jika lembu seorang yahudi melukai lembu orang Kan’an, tidak perlu ada ganti rugi. Jika lembu orang Kan’an melukai lembu orang Yahudi, maka orang itu wajib membayar ganti rugi sepenuh-penuhnya”. (Baba Kamma 37b)

Harta benda milik orang Non-Yahudi adalah hak milik yang halal bagi orang Yahudi. “Tuhan tidak mengampuni orang yahudi yang mengawinkan anak perempuannya kepada orang tua, atau memungut menantu bagi anak laki-lakinya yang masih bayi, atau mengembalikan barang hilang milik orang Cuthea (kafir, bukan Yahudi)”. (Sanhedrin 57a)

Mencuri dan membunuh orang Non-Yahudi adalah halal. “Jika seorang Yahudi membunuh seorang Cuthea, tidak ada hukuman mati. Apa yang dicuri oleh seorang Yahudi boleh dimilikinya”. (Sanhedrin 57a) 

“Kaum kafir adalah di luar perlindungan hukum dan Tuhan membukakan uang mereka untuk Bani Israel”. (Baba Kamma 37b)

Segala tipu daya untuk kepentingan Yahudi adalah halal. “Orang Yahudi boleh berdusta untuk menipu orang kafir”. (Baba Kamma 113a)

Bangsa Non-Yahudi adalah najis dan setara dengan binatang. “Semua anak keturunan orang kafir (bukan Yahudi) tergolong sama dengan binatang”. (Yabamoth 98a)

“Anak perempuan orang kafir (bukan Yahudi) sama dengan ‘niddah’ (najis) sejak lahir”. (Abodah Zarah 36b)

“Orang kafir (bukan Yahudi) lebih suka berhubungan seks dengan lembu”. (Abodah Zarah 22a-22b)
Bangsa Yahudi adalah manusia pilihan sedang Non Yahudi adalah sampah yang mesti dimusnahkan. “Engkau disebut manusia (Adam), tetapi ‘goyim’ tidak disebut sebagai manusia”. (Ezekiel 34:31)

“Inilah kata-kata dari Rabbi Simeon ben Yohai, ‘Tob shebe goyim harog’ (Bahkan goyim yang baik sekalipun seluruhnya harus dibunuh)”. (Perjanjian Kecil, Soferim 15, Kaedah 10) ~ Z.A. Maulani, Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia

Inilah sebagian kecil dari ayat-ayat hitam Talmud. Inilah landasan ideologis kaum Zionis dalam hidupnya. Setiap hari Sabtu yang dianggap suci (Shabbath), mereka mendaras Talmud sepanjang hari dan mengkaji ayat-ayat di atas. Mereka menganggap Yahudi sebagai ras yang satu-satunya berhak disebut manusia. Sedangkan ras di luar Yahudi mereka anggap sebagai binatang, termasuk orang-orang liberalis yang malah melayani kepentingan kaum Zionis.

Kamis, 12 Januari 2012

UFO, Alien & Islam

Al-Qur’an menjelaskan tentang Makhluk Luar Angkasa

Apakah alien itu ada menurut Al-Quran?
Mungkin definisi alien bagi kita adalah makhluk asing selain manusia yang (mungkin iya mungkin tidak) memiliki intelegensia seperti manusia
Sejenak kita simak dan renungi ayat berikut:
(وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَثَّ فِيهِمَا مِن دَابَّةٍ وَهُوَ عَلَى جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاء قَدِيرٌ) (الشورى:29)
Di antara (ayat-ayat) tanda-tanda-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata Yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya. (QS Asy-Syuura 42 : 29)
kita kutip potongan ayat tersebut:
..dan makhluk-makhluk yang melata Yang Dia sebarkan pada keduanya. Apakah memang makhluk-makhluk melata itu ada yang menghuni di suatu tempat nan jauh disana, di bagian sistem bintang tertentu, atau mungkin di bagian cluster galaksi lain, atau mungkin bahkan di supercluster lain?
Sebagian ulama mengatakan bahwa lafaz daabbah (makhluk melata) menunjukkan bahwa itu makhluk-makhluk selain malaikat karena Allah Azza wa Jalla membedakan antara makhluk yang melata dengan malaikat dalam menyebutkannya dalam firman-Nya:
(وَلِلّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مِن دَآبَّةٍ وَالْمَلآئِكَةُ وَهُمْ لاَ يَسْتَكْبِرُونَ) (النحل:49)
dan kepada Allah sajalah bersujud segala makhluk melata yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) Para ma]aikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri (QS An-Nahl 16 : 49).
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah An Nahl 49 :
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa semua benda yang ada di langit dan yang ada di bumi termasuk pula makhluk Nya yang melata di bumi juga para malaikat tunduk di bawah kekuasaan Allah. Mereka itu bersujud kepada Allah SWT menurut cara masing-masing sesuai dengan fitrah kejadiannya. Bahkan malaikat pun yang berada di langit tidak mau menyombongkan dirinya dan tidak suka membangkang untuk tunduk dan takluk serta menaati ketentuan ketentuan Allah.
Perlu diingat, yang jelas Allah Maha Kuasa, Kekuasaan-Nya meliputi segala-Nya juga pikiran kita. Apa yang belum terlihat oleh kita bukan berarti tidak ada. Hanya kita yang belum mengetahuinya.
Dan juga berikutnya:
وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِنَ الْأَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا لَا يُوقِنُونَ (82)
Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami (QS: An-Naml 27 : 82)
mari kita perhatikan:
..sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka…. benar, binatang melata dari bumi yang berkata atau berbicara..
Jelas disitu bahwa akan ada makhluk lain yang baru yang mempunyai kemampuan berbicara atau berkomunikasi dengan manusia.
Tetapi tidak perlu dipermasalahkan bagaimana bentuknya atau rupanya. Yang jelas tidak seperti yang di film-film alien itu.
dan sekali lagi:
َلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ (19)
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru. (14:19)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ibrahim 19
Dalam ayat ini Allah SWT. menyebutkan Dialah yang menciptakan semua langit dan bumi dengan hak. Maksudnya Allah menciptakan semuanya itu bukanlah dengan percuma melainkan dengan penuh hikmah. Oleh sebab itu manusia yang telah dijadikan-Nya sebagai khalifah-Nya di bumi ini hendaklah memanfaatkan semua itu dengan cara yang baik dan untuk tujuan yang baik pula. Sesuai dengan peraturan dan ketentuan-Nya. Akan tetapi jika manusia itu menyimpang dari peraturan dan ketentuan Allah, maka Dia tidak membiarkan berbuat kelaliman itu.
Maka pada akhir ayat ini Allah SWT. menegaskan kepada Rasul-Nya, jika Allah menghendaki maka Allah akan membinasakan beserta umatnya dan akan mengganti mereka dengan makhluk yang baru.
Penegasan ini adalah untuk mengingatkan Rasul dan umatnya yang taat dan beriman kepada Allah, betapa besarnya dosa orang-orang kafir itu, karena dengan kekafiran tersebut mereka tidak mengakui kekuasaan Allah sebagai pencipta dan pemelihara makhluk-Nya. Apabila manusia memikirkan kekuasaan Allah dan rahmat-Nya terhadap hamba-Nya, niscaya mereka akan sampai kepada keyakinan bahwa hanya Allah sajalah yang berhak untuk disembah dan dipuji serta ditakuti azab dan siksa-Nya.
benar, makhluk yang sama sekali baru (kholqin jadiid) atau makhluk yang sama sekali kita belum mengetahui akan seperti apa bentuknya.
Sedangkan, standar universal makhluk di alam semesta ini belum dapat ditentukan, karena tidak ada standar tertentu yang dapat dibuat manusia untuk menentukan selogis apa makhluk yang harus ada atau layak mendiami alam semesta ini.
Begitulah, muslimin, karena ilmu saya masih terbatas, saya memerlukan sharing ilmu dan pikiran disini tentang itu. Diskusi juga dapat disertakan penjelasan darimana pun asal itu ilmiah. Mari kita asah kemampuan berpikir kita
Al-Qur’an yang disusun berdasarkan petunjuk Nabi Muhammad SAW (taufiqi) tidak sesuai dengan urutan turunnya wahyu, ternyata mempunyai struktur yang spesifik. Penempatan surat, ayat, jumlah surat, jumlah ayat, semuanya tersusun sedemikian rupa sehingga kehilangan, bertambah atau tertukarnya ayat, apalagi tertukarnya surat, membuat kekacauan makna dan struktur tadi.
Ini membuktikan bahwa al-Qur’an telah terkodetifikasi secara sempurna sejak ‘azali. Hanya Al-Quran dan Hadits Shahih lah yang menjadi pedoman hidup kita.

Al-Quran Menjelaskan Tentang UFO dan Teknologinya

Di dunia masa kini, ada dua macam kendaraan yang pada umumnya dipakai manusia dalam sejarah hidupnya, yaitu yang memakai tenaga tolak untuk maju contohnya hewan, mobil, kapal laut atau kapal udara.
Yang lainnya memakai gaya centrifugal (melanting dari titik tolak) seperti pesawat UFO yang populer disebut “piring terbang”.
Kedua macam kendaraan ini oleh Al-Quran surat An-Nahl ayat 8 disebutkan sebagai benda terapung dan ternak. Yang dimaksud dengan ternak yaitu kuda, unta, keledai dan sejenisnya. Dan benda terapung maksudnya yaitu segala macam kendaraan yang diwujudkan oleh teknologi manusia termasuk di dalamnya “piring terbang”.
Khusus mengenai “piring terbang”, oleh surat An-Nahl ayat 8 adalah kendaraan yang tidak diketahui manusia dalam waktu ribuan tahun dan oleh surat Az-Zukhruf ayat 12 menyebutkan bahwa Allah SWT menciptakan semua yang berpasangan-pasangan. Maksudnya, ada bagian positif dan bagian negatif dari “piring terbang” itu (positif dan negatif=pasangan).
Karena surat Az-Zukhruf ayat 12 ini membicarakan tentang alat transportasi maka tentunya istilah “berpasangan-pasangan” itu adalah kendaraan. Dan kendaraan itu tak lain mungkin adalah “piring terbang” yang memiliki bagian positif dan bagian negatifnya.
(وَالْخَيْلَ وَالْبِغَالَ وَالْحَمِيرَ لِتَرْكَبُوهَا وَزِينَةً وَيَخْلُقُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ  (النحل:8
Dan (Dia Telah menciptakan) kuda, bagal*) dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (QS An-Nahl, ayat 8 )
*) Bagal adalah peranakan kuda dengan keledai.
Ayat ini menerangkan soal kendaraan yang biasa dan bisa dipakai oleh manusia. Manusia biasa menggunakan kendaraan ternak. Kuda dan keledai merupakan tenaga pembawa dan penarik maka keadaannya sama dengan mobil dan kapal terbang selaku pembawa dan penarik. Penggalan kata “bisa” pada paragraf ini, merupakan sesuatu yang belum diketahui manusia tentang kendaraan.
Baik kuda dan keledai maupun mobil dan kapal terbang sama-sama menggunakan tenaga tolak ke belakang untuk maju ke depan, pada dasarnya kedua macam kendaraan itu memiliki prinsip yang sama. Lalu kendaraan apa yang belum diketahui manusia seperti yang disebutkan pada surat An-Nahl ayat 8 itu?
Hal ini dijawab sendiri oleh Al-Quran :
Dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi.
Supaya kamu duduk di atas punggungnya, kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan agar kamu mengucapkan: “Maha Suci Tuhan yang Telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya”.
Dan Sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. (Surat Az-Zukhruf ayat 12 – 14)
Kalau anda membaca susunan ayat Al-Quran ini sepintas mungkin anda tidak merasa mendapatkan sesuatu yang aneh dan baru. Akan tetapi, patut diketahui bahwa tidak ada satu pun ayat suci Al-Quran yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya yang percuma atau tidak memiliki makna.
Kalau anda teliti dan merenungkannya dalam-dalam, semua ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Quran itu selalu memiliki unsur-unsur keterkaitan antar ayatnya, baik kaitan ayat yang ada di dalam surat itu sendiri atau kaitan ayat pada surat-surat Al-Quran yang lain.
Sederhananya, keterkaitan satu ayat dengan ayat yang lainnya seperti dunia internet yang sedang anda jelajahi ini. Suatu halaman web yang berisi informasi selalu memiliki kaitan atau link, baik link yang menuju ke halaman web itu sendiri ataupun link yang menuju ke halaman web yang lainnya.
Nah, semua unsur-unsur yang saling berkaitan itu tak jarang selalu menghasilkan pemahaman ilmiah yang dapat diterima oleh akal sehat. Dengan begitu, memahami susunan ayat-ayat di atas ini maka “benda terapung” ini adalah suatu kendaraan yang belum diketahui oleh manusia. Seperti yang disebutkan pada surat An-Nahl ayat 8. Susunan ayat-ayat diatas nantilah kita analisis belakangan.
Sekarang kita masuki persoalan yang nantinya jadi bahan dalam penganalisaan itu.
Al-Quran sering sekali menjelaskan persoalan rotasi dan orbit benda-benda angkasa. Hal itu merupakan gambaran bagi setiap orang agar selalu memperhatikan kenapa Bumi ini berputar pada porosnya, kenapa planet ini bersama planet-planet yang lainnya beredar mengelilingi matahari yang juga berputar di porosnya.
Semua planet itu tidak bertiang, tidak bertali dan juga tidak memiliki tempat bergantung. Semuanya bergerak dalam keadaan bebas terapung. Hanya Rawasialah yang memutar planet itu di sumbunya sambil berputar-putar mengelilingi matahari. Sungguh Rawasia itu adalah wujud penting dari sesuatu yang harus diteliti lebih dalam lagi oleh para astronom. Dengan mengetahui keadaan Rawasia setiap planet, maka tabir misteri alam semesta yang tak terbatas itu akan terkuak.
Bumi yang beratnya sekitar 700 triliun ton tidak jatuh pada matahari karena gaya lantingnya (centrifugal) dalam keadaan mengorbit, sebaliknya Bumi juga tidak terlanting jauh keluar dari garis orbitnya sebab ditahan oleh gaya gravitasi pada matahari sebagai pusat orbit.
Kekuatan gaya lanting Bumi dan gaya gravitasi adalah sama besarnya, orang ahli menyebutnya dengan Equilibrium. Oleh karena itulah sampai hari ini Bumi yang kita diami terus menerus berputar dan beredar mengelilingi matahari.
Andaikan kalau Bumi hanya memakai gaya lantingnya saja tanpa menggunakan gaya gravitasi. Maka, bisa dipastikan Bumi akan melayang jauh meninggalkan matahari. Dengan begitu, tenaga centrifugal seperti yang dimiliki Bumi dapat diadopsi oleh “piring terbang” untuk terbang jauh jika tenaga gravitasinya dihilangkan.
Nah, akhirnya kita pun sampai pada pertanyaan ini, bagaimana cara menghilangkan gaya gravitasi itu?
Salah satu caranya adalah dengan memutar bagian pesawat secara horisontal. Apabila putaran itu semakin cepat maka semakin besar pula gaya centrifugal yang dihasilkan dan semakin kecillah gaya gravitasinya, sampai akhirnya gaya gravitasi ini akan hilang sama sekali dan mulailah pesawat dapat terangkat dengan mudah tanpa terpengaruh oleh gravitasi Bumi.
Mungkin anda akan bertanya, bagaimana bisa pesawat dapat berputar terus menerus tanpa tumpuan? Dari situlah kita namakan pesawat ini dengan Shuttling System, yaitu pesawat berbentuk piring dempet yang ditengah-tengahnya adalah tempat penumpang.
Kita boleh mengatakan bahwa kendaraan manusia kini sudah kolot, kuno atau usang karena sistem yang dipakainya sudah berlaku selama ribuan tahun, yang semuanya itu memakai prinsip menolak ke belakang untuk maju ke depan dan menolak ke bawah untuk naik ke atas. Setelah manusia sanggup memakai gaya centrifugal berbentuk “piring terbang” barulah manusia akan memulai kendaraan modern.
Jadi, masa terwujudnya “piring terbang” adalah batas antara ke-kuno-an dan kemodernan peradaban manusia. Batas ini disebut oleh Al-Quran dalam surat Az-Zukhruf ayat 13 diatas dengan bahasa kiasan, bahwa profesor yang mulai menggunakan “piring terbang” mengatakan; Waktu itu manusia baru memulai hidup dalam generasi lain yaitu generasi pesawat itu tidaklah segenerasi dengan modern.
Dalam peradaban modern dimana manusia umumnya memakai piring terbang sebagai kendaraan, akan banyak sekali perubahan dalam kehidupan baik di bidang jasmaniah maupun di bidang rohaniah. Di bidang jasmaniah akan berlaku perubahan dalam kehidupan seperti, orang-orang tak lagi membutuhkan jalan raya dan rel kereta api yang pembangunannya sangat banyak menghabiskan tenaga, tempat, benda dan waktu.
Orang-orang akan memanfaatkan daerah itu untuk tempat tinggal atau untuk kebutuhan lainnya. Orang-orang akan memindahkan perhatiannya terhadap lautan sebagai sumber makanan karena lautan itu memang sangat luas yang mengandung berbagai bahan untuk keperluan hidup, dan daratan sebagian besar akan dijadikan orang untuk tempat bermukim. Orang-orang nantinya akan melakukan penerbangan antar planet secara lazim dimana planet Jupiter, Venus, Saturnus dan planet yang lebih besar lainnya akan menjadi sasaran dalam perekonomian dan politik.
Di bidang rohaniah akan berlaku perubahan dalam kehidupan seperti, orang-orang akan menyadari bahwa alam semesta ini memang diciptakan untuk kebutuhan hidup manusia oleh Allah Yang Maha Esa. Orang-orang akan menyadari bahwa manusia di planet Bumi dalam tata surya ini berasal dari satu diri, satu spesies, atau serumpun.
Bukan dari hasil evolusi monyet, seperti teori Darwin yang dikalahkan logika. Orang-orang akan menyadari bahwa agama yang diturunkan oleh Allah SWT itu hanyalah agama Tauhid yang sama sebagaimana yang tercantum dalam surat Al-Imran ayat 83.
Orang-orang akan menyadari bahwa agama Tauhid yang diturunkan Sang Khaliq itu mengandung hukum yang sesuai dengan kejadian dan naluri yang terdapat di alam semesta raya dan pada diri manusia sendiri, dan bahwa menolak agama itu berarti merugikan diri sendiri.
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (Surat Al-Fushshilat ayat 53)
Maka apakah mereka mencari agama yang lain selain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di planet-planet dan di bumi ini, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allah-lah mereka akan kembali. (Surat Al-Imran ayat 83)

Penganut Islam Lebih Mudah Menerima Adanya UFO dan Alien

Tanpa bermaksud mengurangi penghormatan saya terhadap penganut agama-agama lain (yang saya memang tidak atau kurang memiliki pengetahuan tentang ajaran-ajarannya), menurut saya, penganut Islam SEHARUSNYA lebih mudah untuk menerima kehadiran UFO dan Alien.
Mengapa? Karena dalam kitab suci Al-Quran jelas-jelas Allah SWT menyatakan keberadaan makhluk-makhluk cerdas lain selain manusia, yang salah satunya disebut “jin.” Jin ini bisa berubah bentuk menjadi apa saja.
Mereka hidup di alam yang sama dengan manusia, meski berasal dari dimensi yang berbeda, sehingga manusia umumnya jarang atau tidak pernah bertemu dengannya (kecuali dalam situasi-situasi yang luar biasa).
Artinya, bisa dikatakan bahwa dengan mengakui dan menerima keberadaan UFO, Alien, dan lain-lain itu, seorang Muslim tidak perlu merasakan adanya pertentangan atau kontradiksi, antara fakta adanya UFO/Alien itu dengan keyakinan/kepercayaan agamanya. Tentu akan sulit halnya, jika ajaran agama terang-terangan menolak adanya makhluk cerdas lain selain manusia.
Namun, ajaran Islam (sekali lagi, sejauh pemahaman saya yang bukan ahli agama) juga menyatakan, “jin” dan lain-lain itu termasuk hal ghoib. Artinya, hanya Allah SWT yang tahu.
Manusia bisa mengetahuinya, namun yang bisa diketahui sangat terbatas. Jadi, tidak usah berambisi untuk tahu sangat banyak tentang “jin” dan lain-lain itu. Kita memahami keberadaan “jin” (atau UFO, Alien, dll) sebagai petunjuk kebesaran kekuasaan Tuhan yang Maha Pencipta.
Dan seperti yang ada pada Al-Qur’an bahwa smua makhluk termasuk jin, hewan, tumbuhan dan semua benda mulai dari molekul hingga super bintang di seantero jagat raya baik yang bernyawa ataupun tidak semuanya menyembah Allah SWT Sang Maha Segalanya, Sang Pemilik Semuanya, mereka (semua benda tersebut) tunduk dan menyembahNya dengan caranya masing-masing.
Maha Benar Allah, dengan segala FirmanNya.
Wassalam.

Sumber :http://indocropcircles.wordpress.com/alien_et_ufo_dan_islam/

[Renungan] Semua Terjadi Karena Suatu Alasan

Tidak semua yang kita inginkan itu baik bagi kita, Tuhan tahu apa yang terbaik bagi kita.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7SrR-FNpPfsjZaUtZk2yBYU3SiR1fWTIj6VSEGhsO9TTEIzwm6Thhwpl7oSMDZQJ6muKoBGng4oVQB4H-FH540bZtkDCNwFzkzibHKEAIlloyO1oIW9qicsLoctO0v97Zf9x8v5MrKoZF/s1600/EDWIN+PAENDONG,+Challenger.jpg

Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot. Namun, sesuatu pun terjadilah.

Gedung putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru.

Aku warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan suratlamaran ke Washington. Setiap hari aku berlari ke kotak pos.

Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabulkan! Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku. Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat saat NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada impianku. Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center.

Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara. Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini?

Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa.

Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih Christina McAufliffe. Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku? Bagian diriku yang
mana yang kurang? Mengapa aku diperlakukan kejam?

Aku berpaling pada ayahku. Katanya, "Semua terjadi karena suatu alasan."

Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku? Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua penumpang.

Aku teringat kata-kata ayahku, "Semua terjadi karena suatu alasan." Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang.

Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan.
sumber

Minggu, 01 Januari 2012

10 kualitas kepribadian baik * mungkin anda semua memiliki kualitas seperti dibawah*


Ketulusan
Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh
semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena
yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan
kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura- pura, mencari-cari alasan atau
memutarbalikkan fakta. Prinsipnya “Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak”.
Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi
dengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi
keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.

Kerendahan Hati
Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendah hatian justru
mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap
rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang
yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa
membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya
tidak merasa minder.

Kesetiaan
Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya. Orang yang
setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya
komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.

Positive Thinking
Orang yang bersikap positif (positive thinking) selalu berusaha melihat
segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk
sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang
lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka
mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dan
sebagainya.

Keceriaan
Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak
harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Orang yang ceria
adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu
berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain,
juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong
semangat orang lain.

Bertanggung jawab
Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan
sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya.
Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk
disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan
menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang
bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.

Percaya Diri
Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana
adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya
diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia
tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.

Kebesaran Jiwa
Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain.
Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci
dan permusuhan. Ketika menghadapi masa- masa sukar dia tetap tegar, tidak
membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.

Easy Going
Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka
membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-
masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir
dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah
yang berada di luar kontrolnya.

Empati
Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang berempati bukan saja
pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain.
Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua
belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia
selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.

Minggu, 11 Desember 2011

Mengapa Maulid Nabi Muhammad SAW Dianggap sebagai Bid'ah Syayyiah ?

Karena cinta, membiarkan diri beliau tertusuk sebatang duri pun hati tak rela.
Allah SWT telah memberikan berbagai kenikmatan kepada hamba-hamba-Nya. Puncak kenikmatan yang dirasakan adalah ketika umat manusia di akhir zaman terpilih sebagai umat Muhammad SAW, pembawa peringatan dan kabar gembira. Beliau mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, membuka mata yang buta dan telinga yang tuli, serta menggugah hati yang lalai.

Ya, karunia terbesar yang telah Allah berikan kepada umat manusia, bahkan bagi alam semesta, adalah diutusnya nabi yang merupakan makhluk termulia dari seluruh makhluk ciptaan-Nya itu. Beliau memperhatikan nasib umatnya, bukan hanya di dunia, tapi juga sampai di akhirat kelak.

Karunia tersebut tak ternilai harganya. Syari’at yang dibawa Nabi telah mengangkat harkat kaum wanita dari sejarah kelam umat manusia yang selama berabad-abad telah menghinakan mereka. Lewat syari’at yang dibawanya pula, derajat seorang ibu di hadapan anaknya diletakkan dalam kedudukan yang amat mulia. Anak-anak yatim menempati kelas terhormat sebagai kesayangan beliau, sedangkan yang menyayangi mereka kelak akan mendampingi beliau di surga. Para budak pun berangsur-angsur terbebaskan dari cengkeraman kezhaliman yang telah lama mendera.
Tak terhitung banyaknya manusia yang terangkat derajatnya berkat kehadiran dan kedudukan beliau di sisi Rabb-nya. Ya, beliau memang seorang manusia tapi tidak seperti manusia kebanyakan. Beliau manusia istimewa.
Kehadiran manusia istimewa ini di alam dunia tentunya berawal dari saat kelahirannya. Kelahirannya itu populer dengan sebutan “Maulid Nabi”.

Media Pengingat Umat

Bila kepergian manusia biasa beroleh penghormatan sedemikian rupa, misalnya di beberapa event hari besar nasional lewat seremoni mengheningkan cipta untuk mengenang arwah para pahlawan yang telah merebut atau mempertahankan kemerdekaan negara, apakah kehadiran manusia agung pilihan Allah SWT yang senantiasa berupaya melindungi umatnya sejak di dunia hingga akhirat kelak tidak lebih utama untuk dihormati? Wajar saja bila para pecinta Nabi memperingati hari kelahiran beliau, sebagai salah satu bentuk ekspresi cinta dan penghormatan yang mereka berikan.

Di samping itu, agar tak lupa, manusia memang harus banyak diingatkan. Sebab, manusia adalah tempatnya khilaf dan alpa. Apatah lagi, seiring berjalannya waktu, semakin jauh pula jarak kehidupan Nabi dengan umatnya. Namun demikian, jarak waktu antara generasi sekarang dan generasi beliau bukanlah halangan dalam mengenal pribadi nan sempurna itu. Sebab, segala ucapan dan tindakannya dikenang dan diamati oleh orang-orang yang hidup pada masanya dan disampaikan dari generasi ke generasi. Di kemudian hari ucapan dan tindakan beliau dibukukan menjadi kumpulan hadits. Tak dapat disangkal, tak ada manusia yang pernah mendapat perhatian dan dikenang seperti itu sepanjang umur dunia.

Diadakannya sebuah peringatan adalah salah satu cara untuk mengatasi kelupaan. Dalam kaitan ini, peringatan Maulid Nabi dapat menjadi media pengingat umat Islam agar senantiasa mencintai beliau, menaati syari’at yang dibawanya, dan meneladani akhlaq terpuji yang menghiasi dirinya sehari-hari. Hal-hal tersebut selalu dan harus selalu menjadi tema utama setiap majelis peringatan Maulid Nabi.

Karena itulah, dalam pendapatnya yang disiarkan secara luas melalui media online pribadinya, Syaikh Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, ulama besar dunia zaman sekarang yang kini menjabat ketua Persatuan Ulama Internasional, membolehkan perayaan Maulid Nabi sekaligus menyanggah anggapan bahwa merayakan Maulid Nabi SAW masuk dalam kategori bid’ah.

Perayaan seperti itu dibolehkan, guna mengingat kembali sirah perjuangan Rasulullah SAW, kepribadian beliau yang agung, dan misi yang dibawa beliau kepada alam semesta. Dalam fatwanya, Al-Qaradhawi melandaskan pendapatnya dengan mengatakan bahwa memperingati kelahiran Rasulullah SAW adalah mengingatkan umat Islam terhadap nikmat luar biasa kepada mereka. “Mengingat nikmat Allah adalah sesuatu yang disyari’atkan, terpuji, dan memang diperintahkan. Allah SWT memerintahkan kita untuk mengingat nikmat Allah SWT,” ujarnya.

Suka Cita Umat Rasulullah

Sejak dulu, Maulid Nabi memang selalu dikenang dengan beragam cara. Bahkan pada saat detik-detik Maulid Nabi sendiri, Allah SWT Yang Maha Berkehendaklah yang telah mengisyaratkan momentum tersebut sebagai momentum yang begitu bernilai dan layak dimuliakan.
Saat beliau dilahirkan, singgasana Raja Kisra terjungkal. Di belahan bumi lainnya, api abadi sesembahan kaum Persia yang selama ribuan tahun tak pernah redup, tiba-tiba mati begitu saja. Di kemudian hari, bahkan Rasulullah SAW sendiri memperingati Maulid-nya, dengan berpuasa di hari Senin, hari saat beliau dilahirkan.
Saat mengomentari berbagai peristiwa di atas yang dikaitkan dengan kelahiran Rasulullah SAW, Al-Qaradhawi mengatakan, karenanya, semangat memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada dasarnya adalah semangat dalam menyambut kehadiran Islam itu sendiri.
Benar yang dikatakannya, sebab singgasana raja Kisra dan api sesembahan Persia adalah simbol-simbol kebathilan yang akan disingkirkan oleh cahaya hidayah yang memancar dari ajaran syari’at yang dibawa Rasulullah SAW.

Maka, dari waktu ke waktu, dengan cara-cara baik dan berbeda-beda, setidaknya sekali dalam setahun, umat Islam pun mengenang dan memperingati Maulid Nabi sebagai momentum yang amat istimewa. Bahkan disebutkan, momentum hari kelahiran beliau merupakan hari raya terbesar umat Islam, melebihi kebesaran hari-hari raya Islam lainnya. Sebab, tanpa hari Maulid Nabi, bagaimana mungkin ada ‘Idul Adha maupun ‘Idul Fithri.

Hari istimewa itu memang selalu mendapat tempat istimewa di hati umat Islam. Mereka senantiasa mengenang dan merayakannya dengan penuh suka cita.
Kehadiran beliau merupakan hadiah terindah. Sehingga, merugilah setiap orang yang tidak berupaya mengambil hadiah itu. Sedangkan Rasulullah SAW sendiri mengatakan, “Aku adalah rahmat Allah yang dihadiahkan untuk kalian.”

Dari sini jelaslah, segenap upaya yang dikerahkan dalam memperingati Maulid Nabi SAW merupakan usaha untuk meraih hikmah dari kenikmatan besar yang telah Allah SWT berikan. Dari sini pula muncullah kecintaan dan ketaatan di hati kepada beliau sebagai tanda keimanan. Mengimaninya adalah tameng keselamatan dari kebingungan di dunia dan akhirat. Sementara, berpaling dari ajarannya adalah kegelapan tak berujung yang menimbulkan kesengsaraan dan kehinaan selamanya.

Buah Cinta yang Harus Dipetik

Kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW akan membuahkan hasil dan faedah yang amat banyak. Yang terbesar dari faedah yang akan didapat terdapat pada tiga hal.

Pertama, ketaatan dan peneladanan, serta cermat saat melaksanakannya. Tidak jarang orang yang akan menaati perintahnya justru terjerumus masuk dalam dosa karena tidak cermat memahami maksud perintah itu.
Contoh kecil, taat pada suami dan orangtua adalah wajib, tetapi akan menjadi dosa ketika perintahnya berisi agar istri atau putrinya menanggalkan jilbab. Saling menasihati adalah perintah agama, tapi jika nasihat itu tidak diucapkan dengan santun, bukan pahala yang diterima, melainkan justru dosa yang tanpa disadari akan didapat. Hal-hal seperti ini tidak akan terjadi kalau kecintaan kepada Nabi SAW tumbuh secara tulus, memahami agama ini dengan bimbingan para ulama, dan selalu mengevaluasi diri atas tindak-tanduk sikap dan ucapan yang dilakukan setiap saat.

Seperti telah disebutkan, merayakan kelahiran Muhammad SAW memang merupakan amaliyah mulia dan bermanfaat sebagai media pengingat bagi umat. Tapi dalam beramal, termasuk mengadakan acara-acara keagamaan, tidaklah cukup bila hanya didasarkan niat baik. Bila karena penyelenggaraannya menyebabkan kepentingan umum terabaikan, kesan negatif terhadap Islam dan umatnya dapat saja muncul. Karenanya, seperangkat syarat berdakwah memang harus diperhatikan dan terpenuhi. Bila tidak, dakwah bukan hanya menjadi tidak efektif, malah dikhawatirkan menjadi modus yang tanpa disadari mencemarkan nama baik ajaran Rasulullah SAW itu sendiri, terutama di mata mereka yang belum memahami kemuliaan syari’at Islam.
Umat Islam di berbagai tempat memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai cara mereka dalam mengekpresikan rasa cinta kepada manusia teragung sepanjang zaman itu. Berbagai aktivitas kebaikan dilakukan di dalamnya. Melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran, memperdengarkan riwayat hidup Nabi yang sarat keteladanan, membaca shalawat bersama, menyampaikan nasihat-nasihat agama untuk saling mengingatkan dalam kebaikan, hingga menyediakan hidangan makanan untuk memuliakan para tamu dan sebagai ungkapan rasa suka cita bersama dalam mengenang hari yang amat mulia.

Setelah itu, dapatkah kita, para pecinta Maulid, mengambil hikmah sepulangnya dari menghadiri acara tersebut? Apakah kita semua meneladani seluruh perilaku dan tindakan beliau SAW?
Itulah sebabnya para ulama mengatakan, momentum Maulid selayaknya bukan hanya diperingati setiap tahun, tetapi setiap saat, di setiap langkah kehidupan manusia di alam dunia ini. Dengan menghadirkan makna Maulid, sebagai media pengingat, setiap saat di hati pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan selalu terngiang, sebagai kendali kehidupan dalam menapaki jalan kebenaran menuju keridhaan Ilahi.

Oleh sebab itu pula, faedah kedua terbesar dari buah kecintaan pada Rasulullah SAW yang seharusnya dapat dipetik adalah keinginan sekuat tenaga agar kita keluar dari segala nafsu serta segala keangkuhannya. Nafsu adalah perusak segala ketaatan. Seseorang akan menolak kebenaran yang sebenarnya dia ketahui, enggan untuk mendengar nasihat, karena merasa bersih dan berilmu. Semua itu karena nafsu.

Dalam beribadah pun, nafsu ikut menunggangi tanpa diundang. Iman menjadi tidak sempurna. Bahkan, dapat saja ibadah menjadi gugur kalau seseorang menjadikan hawa nafsunya itu sebagai imamnya. Nabi SAW bersabda, “Tidaklah beriman seorang di antara kalian hingga ia mengalahkan hawa nafsunya, mengikuti ajaran yang aku bawa.”

Ketika rasa cinta kepada Rasulullah SAW benar-benar tumbuh di hati secara tulus, ia akan mengikuti seluruh ajaran yang beliau bawa. Hingga, ia pun berusaha sekuatnya menghindar dari hawa nafsunya. Tidaklah mungkin rasa cinta yang tulus akan terkalahkan oleh hawa nafsunya.
Faedah ketiga bagi mereka yang di hatinya benar-benar tumbuh rasa cinta kepada Rasulullah SAW adalah kesiapan untuk mengorbankan jiwa dan raga, zhahir dan bathin, untuk membela agama yang beliau bawa. Meski hidup kita tak semasa dengan kehidupan beliau, ketidakrelaan pada peremehan hukum-hukum Allah SWT merupakan salah satu bentuk ekpresi rasa cinta kepada Rasulullah SAW.

Demikian pula, perjuangan guru dengan ilmunya, yang kaya dengan hartanya, yang miskin dengan tenaga dan doanya, para pejabat dengan jabatannya, dan seterusnya pada setiap profesi yang dijalani masing-masing, harus berpadu padan dalam berkorban, sebagai ungkapan cinta kepada Rasulullah SAW. Dengan itu semua, barulah hati beliau menjadi senang dan rela. Bukankah mencintai seseorang berarti kesiapan untuk berkorban agar hati orang yang dicintai menjadi senang karenanya?

Terlepas dari itu, yang penting untuk diingat, sesungguhnya umat beliaulah yang lebih butuh untuk mencintai beliau, bukan sebaliknya. Sayyidina Umar bin Khaththab bercerita, “Aku dan beberapa sahabat lain berjalan bersama Rasulullah SAW.
Kemudian beliau memegang tanganku seraya melanjutkan perjalanan.
Saat itu aku berkata, ‘Ya Rasulullah, demi Allah aku mencintaimu.’
Lalu Nabi Muhammad SAW bertanya kepadaku, ‘Apakah cintamu padaku lebih besar daripada cintamu pada anakmu, wahai Umar?’
‘Ya,’ jawabku.
Beliau kembali bertanya, ‘Apakah cintamu padaku lebih besar daripada cintamu pada keluargamu?’
‘Ya,’ jawabku.
Beliau bertanya lagi, ‘Apakah cintamu padaku lebih besar daripada cintamu pada hartamu?’
‘Ya,’ jawabku.
Kemudian beliau bertanya, ‘Apakah cintamu padaku lebih besar daripada cintamu pada dirimu sendiri?’
‘Aku mencintai dirimu dari segala sesuatu kecuali atas diriku,’ jawabku.
Maka beliau berkata, ‘Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah sempurna iman seorang di antara kalian hingga diriku lebih kalian cintai dari kecintaan kalian pada diri kalian sendiri.’
Beberapa waktu kemudian aku kembali kepada beliau dan mengatakan, ‘Ya Rasulullah, demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.’
Rasulullah mengatakan, ‘Baru sekarang, wahai Umar’.”
Saat diceritakan tentang hal itu, Abdullah bin Umar putranya sempat bertanya, “Ayahku, apa yang telah kau lakukan sehingga kau kembali guna menyatakan hal tersebut?”
Umar menjawab, “Wahai anakku, aku keluar dan bertanya pada diriku sendiri, siapa yang lebih membutuhkan pada hari Kiamat nanti? Aku, ataukah Rasulullah? Aku sadar, aku lebih butuh kepada beliau daripada beliau kepadaku. Aku ingat bagaimana tadinya aku berada dalam kesesatan, kemudian Allah menyelamatkan diriku melaluinya.”

Tak Kenal, maka tak Cinta

Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki dalam Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyah menuturkan sebuah hadits riwayat Ibnu Abbas RA. Rasulullah SAW bersabda, “Semua nabi kelak di hari Kiamat akan didudukkan di mimbar mereka masing-masing yang terbuat dari cahaya. Mereka menduduki mimbar mereka, kecuali aku yang tidak mendudukinya. Aku berdiri di hadapan Allah karena hatiku diliputi perasaan takut, aku akan dibawa ke surga, sementara umatku aku tinggalkan.
Lalu aku berkata kepada Allah, ‘Ya Allah, umatku. Ya Allah, umatku.’
Allah berfirman, ‘Ya Muhammad, apa yang akan Aku lakukan kepada umatmu?’
Aku berkata, ‘Ya Allah, percepatlah hisab umatku’.”
Maka setelah itu umat Nabi Muhammad segera dipanggil untuk dihisab. “Di antara mereka ada yang masuk surga dengan rahmat Allah. Di antara mereka ada juga yang masuk surga karena syafa’atku.”
Beliau melanjutkan, “Aku terus memberikan syafa’atku kepada umatku, sampai-sampai aku diberikan daftar nama umatku yang mereka sudah digiring menuju neraka, hingga Malaikat Malik penjaga pintu neraka berkata kepadaku, ‘Ya Rasulullah. Tampaknya kau tidak akan memberikan (membiarkan) satu pun dari umatmu untuk mendapatkan adzab Allah SWT’.”

Demikianlah sosok manusia teragung yang amat besar kasih sayang dan perhatiannya kepada umat. Kesadaran untuk mencintai diri beliau akan terbangun bila kita mengenal secara mendalam keagungan pribadi beliau dan memahami kemuliaan kedudukan beliau di sisi-Nya. Majelis Maulid Nabi adalah salah satu ajang yang amat baik untuk menumbuhkembangkan kesadaran umat untuk mencintai beliau. Kesadaran itulah yang dahulu kala telah menghiasi hati para sahabat Nabi.
Sebuah kisah diceritakan oleh sahabat Anas bin Malik RA, “Di tengah-tengah berkecamuknya Perang Uhud, tersebar desas-desus di antara penduduk Madinah bahwa Nabi SAW terbunuh, hingga terdengarlah isak tangis di penjuru kota Madinah.

Maka keluarlah seorang wanita dari kalangan kaum Anshar dari rumahnya.
Di tengah-tengah jalan, ia diberi tahu bahwa bapaknya, anaknya, suaminya, dan saudara kandungnya telah tewas terbunuh di medan perang.
Ketika dia memasuki sisa-sisa kancah peperangan, dia melewati beberapa jasad yang bergelimpangan.
“Siapakah ini?” tanya wanita itu.
“Bapakmu, saudaramu, suamimu, dan anakmu,” jawab orang-orang yang ada di situ.
Wanita itu segera menyahut, “Apa yang terjadi pada diri Rasulullah?”
Mereka menjawab, “Itu ada di depanmu.”
Maka wanita itu bergegas menuju Rasulullah SAW dan menarik bajunya seraya berkata, “Demi Allah, wahai Rasulullah. Aku tak akan mempedulikan (apa pun yang menimpa diriku) selama engkau selamat!”
Bicara masalah cinta kepada Nabi, para sahabat adalah contoh terdepan dalam perwujudan cinta kepada beliau SAW. Cinta dan kasih sayang merupakan buah dari perkenalan. Dan para sahabat Rasulullah SAW adalah orang yang paling mengenal dan paling mengetahui kedudukan beliau SAW.

Hal tersebut sebagaimana tergambarkan dalam suatu peristiwa ketika Abu Sufyan bin Harb, sebelum masuk Islam, bertanya kepada sahabat Zaid bin Ad-Datsinah RA, yang tertawan kaum musyrikin dan dikeluarkan penduduk Makkah dari Tanah Haram untuk dibunuh, “Ya Zaid, maukah kalau posisimu sekarang digantikan oleh Muhammad untuk kami penggal lehernya, kemudian engkau kami bebaskan kembali ke keluargamu?”
Serta merta Zaid menjawab, “Demi Allah! Aku sama sekali tidak rela jika Muhammad sekarang berada di rumahnya tertusuk sebuah duri dalam keadaan aku berada di rumahku bersama keluargaku!”
Abu Sufyan pun berkata, “Tak pernah aku mendapatkan seseorang mencintai orang lain seperti cintanya para sahabat Muhammad kepada Muhammad!”

Karena cinta, membiarkan diri beliau tertusuk sebatang duri pun hati tak rela. Karena itu, seseorang yang rajin menghadiri Maulid Nabi di sana-sini, dan mengaku mencintai beliau, selalu berharap akan syafa’at beliau, dan gemar menyenandungkan pujian kepada beliau, tidaklah pantas menyakiti hati beliau lewat perilaku sehari-hari yang tak terpuji.

Sejarah Berulang

Al-Quran telah merekam sebuah zaman yang sangat gelap. Kebodohan dan kesombongan menjadi kebanggaan. Anak-anak kecil laki-laki yang baru lahir dibunuh begitu saja. Fir’aun, yang pada waktu itu paling berkuasa, mengaku dirinya tuhan. Saat itu, lahirlah seorang bayi bernama Musa. Kelak ia terpilih sebagai nabi yang membawa ajaran kebenaran, membangkitkan kemanusiaan, dan menyelamatkan manusia dari kesesatan. Selain kisah Musa AS, baik sebelum maupun sesudahnya, kisah-kisah dibangkitkannya seorang nabi memenuhi lembaran-lembaran sejarah di setiap zaman.

Pertengahan abad keenam Masehi, zaman seperti itu muncul kembali. Syaikh An-Nadwi melukiskannya sebagai puncak zaman hancurnya kemanusiaan. Akal, yang Allah berikan kepada mereka, digusur dengan minuman keras, yang sangat merajalela. Manusia pada waktu itu tidak lagi berjalan dengan akalnya, melainkan disetir oleh hawa nafsu kebinatangannya. Yang kuat memeras yang lemah. Wanita tidak lagi dianggap sebagai manusia, melainkan semata-mata simbol seks dan pemuas hawa nafsu. Aqidah yang dibawa para nabi sebelumnya, lenyap ditelan kebodohan. Mereka tidak lagi menyembah Allah, Pencipta alam semesta, melainkan menyembah patung-patung yang mereka ciptakan sendiri. Buku-buku suci yang dibawa para nabi, mereka gerogoti kewahyuannya.

Jazirah Arab waktu itu benar-benar dalam puncak kegelapan dan kerendahan moral. Sayyid Quthub menggambarkan, kezhaliman pada saat itu menjadi suatu keharusan. Jika tidak berbuat zhalim, pasti dizhalimi. Minuman yang memabukkan bukan hanya kebiasaan, melainkan sebuah kebanggaan. Berganti-ganti pasangan merupakan hal biasa. Wanita hanya dijadikan tempat pelampiasan nafsu bejat kaum lelaki. Kemanusiaan di Jazirah Arab saat itu benar-benar berada pada titik nadir.

Pada zaman itu, seseorang bernama Abrahah tiba-tiba berniat untuk menghancurkan Ka’bah, tempat yang sangat Allah sucikan. Suatu tindakan kebodohan yang demikian jelas. Abrahah benar-benar ingin menghancurkan Rumah Allah itu.

Ia dan pasukan gajahnya sudah berangkat dari Yaman menuju Makkah. Namun Allah Mahatahu akan niat jahat Abrahah. Sebelum mereka mencapai tujuannya, Allah segera mengirimkan burung-burung Ababil, menyebarkan kepada mereka batu-batu api neraka yang menghanguskan.

Pada tahun yang sama dengan peristiwa tersebut, terlahirlah seorang bayi nan mulia bernama Muhammad dari rahim suci seorang ibu bernama Aminah. Hari itu tepatnya tanggal 12 Rabi’ul Awal, tahunnya kemudian dikenal dengan Tahun Gajah.

Muhammad, dialah yang kemudian Allah pilih sebagai rasul pembawa risalah Islam. Kepadanya Allah turunkan Al-Quran sebagai petunjuk jalan kehidupan.

Setelah melewati berbagai gejolak perjuangan yang banyak menumpahkan darah dan air mata, muncul zaman baru yang sangat mengagumkan bagi bangkitnya kemanusiaan. Manusia yang benar-benar manusia, tunduk kepada Allah, Pencipta segala makhluk. Keadilan benar-benar ditegakkan, dan kezhaliman dihancurkan. Wanita dihargai kemanusiannya, minuman keras dilarang, karena merusak akal dan pikiran. Kejahiliyahan pun diperangi dan dimusnahkan.
Islam adalah agama yang mengatur hidup dan kehidupan manusia. Ajaran-ajarannya menjadi acuan bagi siapa saja, pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa, untuk meniti kehidupan yang lebih baik dan harmonis dalam ridha Sang Pencipta. Rambu-rambunya diletakkan untuk dijadikan pedoman perjalanan hidup untuk selamat sampai tujuan.

Jika ada rambu yang dilanggar, akibat buruk akan menimpa pelanggar itu, dan tak jarang juga menimpa orang lainnya. Lihatlah, sebuah kecelakaan di jalan raya, korbannya tidak hanya pelaku pelanggaran, tapi juga menimpa pengguna jalan yang lain.

Demikianlah. Zaman berganti zaman. Tujuh abad setelah masa keemasan Islam, umat manusia kembali diliputi kegelapan. Mereka banyak meninggalkan ajaran-ajaran agama yang telah menyelematkan kaum terdahulu dari kebinasaan. Kerusakan semakin menjadi-jadi. Hingga saat ini.

Potret kehidupan masyarakat zaman modern sekarang kembali penuh dengan proses penghancuran kemanusiaan, mirip dengan zaman Jahiliyah sebelum Nabi SAW dilahirkan.

Minuman keras disahkan, aurat wanita dipertontonkan, kezhaliman merajalela di sana-sini. Yang kuat memeras dan menghancurkan yang lemah. Ajaran Allah tidak dihiraukan, bahkan ditinggalkan. Orang-orang yang mencintai Allah dicemooh dan mendapatkan banyak tentangan, atau minimal banyak yang tidak menghiraukan ajakannya.

Jangan Kalian Lupakan

Dalam konteks seperti inilah Maulid Nabi memiliki peran sentral untuk menyadarkan umat akan nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada mereka, agar mereka dapat membangkitkan semangat untuk kembali menghidupkan sunnah-sunnah nabinya. Al-Qaradhawi mengatakan, “Ketika berbicara tentang peristiwa Maulid, kita sedang mengingatkan umat akan nikmat pemberian yang sangat besar, nikmat keberlangsungan risalah, nikmat kelanjutan kenabian. Dan berbicara atau membicarakan nikmat sangatlah dianjurkan oleh syari’at, dan sangat dibutuhkan.

Allah SWT memerintahkan demikian kepada kita dalam banyak firman-Nya. Misalnya,

Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikuruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang kamu tidak dapat melihatnya. Dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu kerjakan. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan (penggambaran bagaimana hebatnya perasaan takut dan gentar) dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.’ (QS Al-Ahzab: 9-10).

Allah SWT memerintahkan kita mengingat suatu peperangan, misalnya Perang Khandaq atau Perang Ahzab, di mana kafir Quraisy dan Suku Ghathfan mengepung Rasulullah SAW. Dalam kondisi serba sulit ini, Allah SWT menurunkan bala bantuannya berupa angin kencang dan bantuan malaikat.

Ingatlah peristiwa itu. Ingatlah, jangan kalian lupakan itu semua. Ini jelas menunjukkan bahwa kita diperintahkan untuk mengingat nikmat, dan tidak melupakannya. Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman,

‘Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya, dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.’ (QS Al-Anfal: 30).

Ayat ini mengingatkan kita bahwa orang-orang Yahudi Bani Qainuqa’ telah besepakat untuk mengkhianati Rasulullah SAW. Di Madinah, mereka membuat makar atau siasat, namun makar Allah SWT lebih kuat dan lebih cepat dari mereka. Allah SWT sendiri yang menyatakan hal itu dalam firman-Nya, ‘…Allah sebaik-baik pembuat makar’.”

Lewat nada bertanya Al-Qaradhawi menegaskan, perayaan Maulid Nabi bukan sesuatu yang bid’ah, bahkan dianjurkan. Katanya, “Peringatan Maulid itu dalam rangka mengingat kembali sejarah kehidupan Rasulullah SAW, mengingat kepribadian beliau yang agung, mengingat misinya yang universal dan abadi, misi yang Allah tegaskan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Ketika acara Maulid seperti demikian, atas alasan apa Maulid Nabi masih disebut bid’ah?”

Fatwa Al-Qaradhawi tersebut dikeluarkannya untuk menjawab sejumlah pertanyaan umat Islam, antara lain, “Apa hukum merayakan Maulid Nabi SAW dan perayaan Islam lainnya, seperti perayaan tahun baru Hijriyah, Isra Mi’raj, dan lainnya?”

Di antara jawaban Al-Qaradhawi lainnya, “Termasuk hak kami adalah mengingat sirah perjalanan Rasulullah SAW dalam ragam peringatan. Ini bukan peringatan yang bid’ah. Karena kita mengingatkan manusia dengan sirah Nabawiyah, yang mengikatkan mereka dengan misi Muhammad SAW. Ini adalah kenikmatan luar biasa. Adalah dahulu para sahabat – semoga Allah meridhai mereka – kerap mengingat Rasulullah SAW di berbagai kesempatan.”

Di antara contohnya, Al-Qaradhawi menyebutkan, perkataan seorang sahabat, Sa’d bin Abi Waqash RA, “Kami selalu mengingatkan anak-anak kami dengan peperangan yang dilakukan Rasulullah SAW sebagaimana kami menjadikan mereka menghafal satu surah dalam Al-Quran.” Ungkapan ini, menurut Dr. Qaradhawi, menjelaskan bahwa para sahabat kerap menceritakan apa yang terjadi dalam Perang Badar, Uhud, dan lainnya, kepada anak-anak mereka, termasuk peristiwa saat Perang Khandaq dan Bai’atur Ridhwan.

Persatuan Umat

Persatuan umat dianggap sejajar dengan inti tegaknya agama, yaitu taqwa dan penghambaan. “Sesungguhnya umat kalian ini adalah satu umat dan Aku adalah Tuhan kalian, maka sembahlah Aku.” (QS Al-Anbiya’: 92). Persatuan umat adalah jalan menuju kemenangan, “Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dan agama yang benar untuk memenangkannya di atas semua agama, dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (QS Al-Fath: 26).
Guna mewujudkan persatuan umat, yang diperlukan adalah adanya tekad kolektif dan kesabaran, “Wahai orang-orang yang beriman, mintalah bantuan melalui kesabaran dan shalat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang penyabar.” (QS Al-Baqarah: 153). “Bersabarlah, sesungguhnya janji Allah itu benar.” (QS Ar-Rum: 60).

Melihat persatuan umat, musuh-musuh Islam merasa tersiksa. Loyalitas sahabat kepada Nabi SAW yang diwariskan kepada tabi’in serta ulama dan para pencinta beliau sangat meresahkan mereka. Maka mulailah mereka merancang untuk menjauhkan mereka dari Rasullah SAW dan ajarannya.
Dengan segala upaya yang bisa dirasakan, langkah itu sangat kuat aromanya, dengan munculnya perilaku yang tidak santun dan ekstrem dalam berpendapat tanpa mau mendengar hujah dan argumentasi orang lain. Pengkafiran, pensyirikan, pembid’ahan adalah syiarnya.

Mungkin dapat dimaklumi ketika itu hanya sebatas pembahasan dan kajian. Tapi kondisinya kini sudah mulai menjurus pada tindakan untuk membunuh saudara-saudaranya sendiri yang seiman. Kuman perpecahan ini sudah tampak nyata menyebar di Pakistan dan Irak. Mereka memecah belah umat dengan kebodohan orang-orang yang semangatnya membela agama tanpa didasari ilmu dan akhlaq yang mencukupi. Hingga, bukan pahala yang mereka dapatkan atau kejayaan agama, melainkan tepuk tangan musuh-musuh Islam.

Ditemukannya bom rakitan di Masjid Agung Cirebon pada perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW tempo hari, yang alhamdulillah tidak sampai meledak berkat perlindungan Allah SWT, menjadi bukti: umat Islam di Indonesia pun berada dalam bahaya perpecahan, adu domba antar-sesama muslimin, menebarnya benih permusuhan sesama saudara seiman. Dampaknya tentu sangat merugikan umat secara keseluruhan.
Apabila umat ini rukun dan bersatu, tentu Nabi akan senang dan Allah pun akan ridha. Kalau umat bermusuhan, kekuatan pun akan hilang, musuh-musuh Islam kembali menari kegirangan. Umat Islam harus memilih: keridhaan Allah dan Rasul-Nya, atau kegembiraan musuh-mush Allah, yang akan senang dengan perpecahan umat.

Memuliakan Majelis Maulid

Memperingati hari lahirnya manusia mulia yang dimuliakan oleh Dzat Yang Mahamulia adalah bentuk ungkapan rasa cinta yang mendalam dari lubuk hati para pencinta Nabi. Syiar kecintaan ini menjadikan orang yang lalai dapat mengingat, mengenang, serta meneladani kembali akhlaq Rasulullah SAW.
Namun yang perlu diingat, dalam memperingatinya, hendaknya tetap tidak keluar dari bimbingan para ulama. Dengan demikian, amal baik yang dilakukan tidak terkontaminasi oleh ketidaktahuan cara pengungkapan rasa cinta itu sendiri.

Sebagaimana dituturkan Ustadz Muhammad Ahmad Vad’aq, pengasuh Ponpes Al-Khairat Bekasi, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam peringatan Maulid Nabi SAW adalah seperti terjadinya ikhtilath, yaitu perbauran antara laki-laki dan perempuan dalam satu majelis. Banyak ditemui adanya wanita yang melantunkan bacaan Al-Quran atau membaca saritilawah di tengah kerumunan pria. “Ini dilarang agama,” katanya tegas.

Selain itu, para penceramah di majelis Maulid hendaknya juga tidak membawakan hadits-hadits maudhu’ (palsu) sebagai dalil yang mendukung Maulid Nabi. “Hal itu dapat menjadi celah bagi para pembenci Maulid untuk menentang kegiatan peringatan Maulid Nabi. Rasulullah sendiri bersabda, ‘Barang siapa berbohong atasku (memalsukan haditsku), persiapkanlah tempatnya di neraka.’ Kita tidak butuh hadits-hadits itu sebagai hujjah penguat bagi Maulid. Banyak ayat dan hadits shahih sebagai dalil yang benar terkait bolehnya perayaan Maulid,” katanya lagi.

Selain itu ia juga mengingatkan agar majelis Maulid tidak larut dalam gelak tawa yang tak terkontrol atau dengan bahasa yang tak layak diungkapkan di majelis yang mulia tersebut. Nabi sendiri melarang hal-hal tersebut. Hendaknya, pembicaraan pun tak keluar dari tema mahabbah kepada Nabi, rahmat, keteladanan, dan segala yang terkait pada kesempurnaan akhlaq beliau, serta penjelasan kepada orang awam tentang dalil peringatan Maulid, agar mereka memahami dengan jelas apa yang mereka lakukan. Inilah yang dilakukan para salaf, seperti dapat dibaca dari ceramah-ceramah Habib Ali Al-Habsyi, penyusun kitab Maulid Shimtud Durar, dan yang lainnya.

Yang terakhir, “Jauhkan acara ini dari kepentingan-kepentingan sesaat, seperti untuk kepentingan partai dan kelompok-kelompok yang bertujuan menggalang massa dengan membeli dan membodohi para ulama yang mempunyai pengikut banyak dengan harga yang murah. Berapa pun uang itu sangatlah tidak sebanding dengan kesucian acara itu sendiri,” kata Ustadz Muhammad.

Semoga dengan kejujuran dan ketulusan dalam mencintai sang kekasih Allah ini, kita bisa menerima dengan lapang dada segala nasihat dari mana pun datangnya. Cinta yang tulus akan terbukti dengan keteladanan, bukan dengan hawa nafsu, apalagi sekadar menjalankan tradisi semata. Maulid Nabi harus menjadi mata air pelajaran yang jernih bagi umat dalam mengenal sosok Nabi Muhamammad SAW. Agar kemudian umat mendapatkan keberkahannya, meraih cintanya, meneladani akhlaqnya, hingga akhirnya kelak beroleh syafa’atul ‘uzhma, syafa’at teragung.


http://unityofislam.blogspot.com/2011/01/peringatan-maulid-nabi-muhammad-saw.html

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...